Kamis, 10 Januari 2013

BENCANA ALAM: LONGSOR PUNCAK DAN JALUR ALTERNATIF

Untuk menghubungkan  Waltervreden ( Jakarta), Bogor (Buitenzorg) dan Bandung (Paris Van Java) maka Pemerintah Belanda membuka jalur transportasi pada abad ke -20. Dibentuklah tim survey untuk membuka jalur tersebut, hasil rekomendasinya adalah terdapat dua kemungkinan untuk membuka jalur, pertama jalur jonggol yang melingkari kawasan puncak dan jalur kedua yang memotong bentang alam puncak melewati karisidenan  Cianjur dan pada saat sekarang ini terkenal dengan nama jalur puncak. Jalur ini berkembang dengan pesat akibat Belanda membuka perkebunan teh secara besar-besaran. Suasana puncak yang sejuk menyebabkan para pejabat Belanda sering plesiran ke daerah tersebut dan pada akhirnya diputuskanlah pembuatan istana musim panas sebagai sarana rekreasi para pejabat Belanda.


 Foto sumber: liputan6.com  tanggal 10/01/2013

Jalur puncak dipilih menjadi jalur utama karena, dibandingkan dengan jalur jonggol memiliki kesetabilan tanahnya yang solid dan tidak mudah longsor. Namun akibat dari pembangunan pesat yang banyak menghabisakan daerah aliran sungai (DAS) serta bentang alam tebing yang banyak dijadikan pemukiman dan villa mengakibatkan kesolidan tanah semakin berkurang.

Kesolidan tanah sebenarnya dapat tetap terjaga asalkan perencanaan pembangunan turap tebing yang baik dan kokoh. Alternatif lain yaitu pengalihan beban lalu lintas jalur puncak. Oleh karena itu jalur Jonggol yang selama ini mati suri dapat dihidupkan lagi sebagai sarana pengalihan arus lalu lintas.


Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, atau percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.

Tanah longsor dapat disebabkan oleh:
1. Penggundulan hutan; yang biasanya akan mengakibatkan berkurangnya daya ikat tanah;
2. Getaran pada lereng akibat gempabumi ataupunledakan, penggalian getaran alat/kendaraan;
3. Peningkatan beban yang melampaui daya dukung tanah;
4. Pemotongan kaki lereng secara sembarangan yang mengakibatkan lereng kehilangan gaya penyangga.

Gejala terjadinya tanah longsor antara lain:
1. Munculnya retakan memanjang atau lengkung pada tanah atau pada konstruksi bangunan, yang biasanya terjadi setelah hujan;
2. Terjadinya penggembungan pada lereng atau tembok bangunan;
3. Tiba-tiba muncul rembesan atau mata air pada lereng;
4. Apabila pada lereng sudah terdapat rembesan air/mata air, air tersebut tiba-tiba menjadi keruh bercampur lumpur;
5. Pohon-pohon atau tiang-tiang miring searah kemiringan lereng;
6. Terdengar suara gemuruh atau suara ledakan dari atas lereng;
7. Terjadi runtuhan atau aliran butiran tanah/kerikil secara mendadakdari atas lereng.

Rizky Afriono
Koordinator Nasional
Jaringan Info Bencana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar