Rabu, 18 Desember 2013

Kesaksian SRU Tikus "Operasi SAR Tobit Sigalingging"


Narasumber: SRU Tikus (Dirahasiakan)
Dokumentasi: Tidak Untuk Publik (Diserahkan ke Keluarga dan Rekan ITB)

Jaringan Info Bencana Mengucapkan Turut Berbelasungkawa Atas Meninggalnya Rekan Kita Tobit Sigalingging"
Terima kasih kepada teman-teman Sukarelawan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Kronologi hilangnya tobit ia mendaki Gunung Papandayan melalu jalur Gunung Kendeng pada tanggal 26 Oktober 2013 seorang diri, sebelumnya ia telah pernah mendaki gunung bersama teman-temanya. Namun pada pendakian kali ini dimana Tobit sudah mempersiapkan diri sebulan sebelumnya melakukanya seorang diri.  Pada tanggal 4 November berita SAR sudah tersebar dikalangan internal teman-teman Tobit. Pada tanggal 5 November ditetapkan sebagai hari dimulainya  hari operasi SAR (Search and Rescue) terbuka,  Organisasi SARpun  dibentuk SC (SAR Cordinator) ditunjuk dari Pihak  Perkebunan Neglawangi, SMC (Sar Mission Cordinator) bernama Asa (Sukarelawan)  mempertimbangkan daerah operasi pencarian dengan medan yang beragam maka dibentuklah 4 titik OSC (On Scene Comander). Pada tanggal 6 November sudah didapatkan Ransel Tobit didalamnya terdapat berbagai peralatan mendaki gunung.

SAR Tobit dilaksanakan cukup lama hingga hampir satu bulan lamanya, SRU (Search Rescue Unit) yang dibentuk sudah melakukan penyisiran keberbagai lokasi yang diperkirakan ditemukanya survivor (orang yang berada dalam kondisi survival). Operasi SAR kali ini karena kekurangan personil sehingga taktik pencarian dan penyisiran menjadi semi survival. Bagaimana persediaan logistik yang dibawa diusahakan tidak menghambat pergerakan pencarian dan penyisiran. Pada tanggal 24 November 2013, pukul 03.00 sudah tercium bau jenazah dari kejauhan, SRU melakukan pengamatan kedasar jurang namun tidak terlalu terlihat. Namun hal ini adalah dasar untuk memperkecil daerah pencarian. Pada tanggal 24 November tim SRU sudah mulai memasuki lembahan tersebut, yang terdiri dari semak belukar dengan timbunan mencapai 2 meter, sehingga dalam melangkah harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjeblos. Pada lembahan tersebut disebelah kirinya terdapat curug, sebetulnya daerah ini sudah tiga kali dilakukan penyisiran, namun karena area jenazah berada dipojokan dan terhalang berbagi pohon dan belukar yang sangat lebat, maka daerah tersebut dapat dikatakan steril dari penyisiran. Akhirnya pada tanggal 25 November 2013 Pukul 05.20 Jenazah Tobit ditemukan, kondisi jenazah kemungkinan besar terjatuh dari tebing. Pada jenazah korban ditemukan GPS (Geographic Positioning System) dengan catatan tanggal ploting (penentuan titik pada peta) tertanggal 30 Oktober 2013 dan hasil plotingan tersebut merujuk kepada titik penemuan ransel pada tanggal 6 November 2013.

Rizky Afriono
Kordinator Jaringan Info Bencana

Senin, 03 Juni 2013

Water Treatment Process (WTP) Sebagai Pencegah Bencana Kekurangan Air Bersih

Salam Jaringan Info Bencana !!!

Water Treatment Process atau disingkat sebagai WTP adalah sistem pengolahan sumber daya air dengan menggunakan limbah domestik yang diolah kembali. Pada negara-negara maju sumber daya air yang terkandung dalam lapisan air tanah (artesis) diusahakan tidak mengalami perubahan yang signifikan, pengambilan sumber air tanah menggunakan mesin sedot  air untuk keperluan domestik penduduk sangatlah membahayakan kelangsungan ketersediaan sumber daya air bersih.
Gambar: Suasana Patung Marlion Singapura di Hiasi Gedung-Gedung Tinggi 

Kita ambil contoh negara Singapura, mereka menyadari bahwa sumber daya air mereka terbatas, oleh  karena itu mereka membangun secara besar-bersan WTP dengan kualitas air yang baik, sehingga mengurangi beban pengambilan air tanah oleh penduduk, pemerintah Singapura sangat memperhatikan akan ketersediaan air bersih penduduknya bukan hanya tersedia namun juga berkualitas, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya saluran air kerumah-rumah penduduk yang dapat langsung diminum.

Gambar (Suasana Rumah Susun Malaysia dan Perkampungan Tradisionalnya)

Agaknya pemerintah Malaysia belajar banyak dari negara Singapura, semenjak belasan tahun lalu, Malaysia mulai melakukan pembangunan berbagai rumah susun untuk masyarakatnya diikuti dengan pembangunan sistem WTP yang baik, sehingga hingga saat ini jangkauan ketersediaan air bersih sudah mencakup wilayah yang sangat luas baik menyuplai perumahan susun maupun perkampungan tradisional. Kualitas air daur ulang di Malaysia terbilang cukup baik namun masih perlu ditingkatkan apabila dibandingkan dengan WTP yang dibuat di negara Singapura.

Apabila kita membandingkan dengan negara kita Indonesia, pengolahan air daur ulang (WTP) masih belum berkembang dengan baik, hal ini sangat membahayakan karena dengan kurangnya air bersih maka masyarakat akan mencoba memenuhi air bersih dengan sendirinya, misal dengan pengeboran, sumur pantek, jet pump, dan sebagainya yang sebenarnya hal ini sangat membahayakan ketersediaan air bawah tanah sebagai cadangan air bersih.


Rizky Afriono @Tungpeng
Kordinator Nasional Jaringan Info Bencana @JrngInfoBencana


Minggu, 17 Maret 2013

TANGGUL JEBOL DAN KEDALAMAN SUNGAI






TANGGUL JEBOL DAN KEDALAMAN SUNGAI


Tentu kita masih ingat  berapa bulan lalu, ketika Jakarta, Tanggerang, Bekasi dan Depok tertimpa bencana banjir banyak tanggul-tanggul sungai tersebut tidak dapat menahan derasnya arus sungai yang mengakibatkan tanggul menjadi jebol. Daerah-daerah yang biasanya terlindungi oleh tanggul mendadak menjadi daerah genangan banjir yang baru, seperti di daerah Menteng, Pluit (Jak-Bar), Situ Pladen (Depok), Tanggerang, dan Perumahan Bumi Asri (Bekasi).

Mengapa hal ini bisa terjadi, pertama karena tidak adanya penggalian kedalaman sungai (AS) ke posisi semula, pengendapan selama bertahun-tahun dikelola dengan cara tidak bijak, oleh karenanya hanya ada wilayah-wilayah tertentu yang mendapat penggalian kedalalaman sungai ke posisi semula (AS), sedangkan wilayah-wilayah sungai lainya dibiarkan terlantar. Selain itu penurapan sungai yang dilakukan pada tahun 80 dan 90an menyisakan permasalahan kedepanya karena proses pembangunan tersebut tidak mengindahkan kedalaman sungai, tanah-tanah urugan dibuang kedalam sungai, selain  itu pembangunan tanggul  tidak mempertimbangkan getaran gerak air dan juga banyaknya pelanggaran wilayah penyangga sungai 2,5 meter dari muka  titik tertinggi air sungai. Hal ini menyebabkan tanggul sungai menjadi tidak terlindungi dan rapuh.

Hal yang paling menyedihkan apabila kita melihat kenyataan yang ada, tembok-tembok tanggul tersebut sungguh sangat rapuh dan kopong. Kemungkinan hal ini disebabkan pada masa rekontruksi dahulu sudah banyak mengalami pengurangan bahan dengan tujuan meraup keuntungan sebesar-besarnya. Permasalahan banjir bukan hanya masalah siklus alam,  tetapi juga masalah bagaimana kita menanganinya, semua permasalahan di negara ini dapat dipecahkan, bukan hanya dengan modal ilmu pengetahuan, SDM dan sumber daya modal, tetapi juga  dengan modal itikad baik untuk kepentingan bersama, kepentingan rakyat banyak.

Rizky Afriono
Koordinator Nasional
Jaringan Info Bencana

Sabtu, 16 Februari 2013

FOGGING MELAWAN DEMAM BERDARAH HANYA SEKEDAR PEMBERANTASAN



Bencana Epidemi seperti demam berdarah, begitu meresahkan masyarakat, epidemi ini akan muncul disaat musim pancaroba dari musim hujan menuju masa musim kering. Hal ini terjadi karena intensitas hujan sudah mulai berkurang debit air berkurang sehingga menyebabkan banyak air tergenang.  Keadaan seperti ini mengakibatkan jentik-jentik nyamuk akan tumbuh dengan subur. Persepsi masyarakat mengenai pemberantasan jentik nyamuk aides aigepty dengan melakukan fogging tidak akan berhasil secara sempurna. Banyak masyarakat berkeluh kesah bahwa hasil dari fogging tidak maksimal atau obat foggingnya kurang ampuh.

Sebenarnya fogging dilakukan, secara prosedural apabila disuatu wilayah menerima laporan terdapat warga yang tejangkit demam berdarah. Maka dinas kesehatan akan segera melakukan prosedur fogging, namun perlu dipahami bahwa fogging hanya sebatas pemberantasan nyamuk saja. Faktor pencegahan lebih penting dalam mengurangi dampak bencana epidemi demam berdarah. Cara pencegahan yang paling efektif adalah mengajak seluruh warga untuk lebih perhatian kepada lingkungan sekitar, terutama tempat-tempat umum yang mungkin menjadi tempat air tergenang, gerakan 3 M yang dicanangkan pemerintah (menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang-barang bekas) adalah langkah konkrit dalam menghadapi bencana epidemi demam berdarah dengan peran serta kesadaran masyarakat.


Rizky Afriono
Koordinator Nasional
Jaringan Info Bencana

Senin, 11 Februari 2013

BENCANA EPIDEMI: VIRUS ANTRAX (Di Musim Kemarau) DAN SWASEMBADA SAPI

Sobat
Jaringan Info Bencana

Bencana Epidemi pada saat sekarang ini adalah suatu tantangan bagi bangsa Indonesia, dimana saat pemerintah dengan kebijakannya yang tidak mendukung peternak hewan berkuku keras (sapi, kambing, dsb) menyebabkan pola pembudidayaan ternak hanya sebatas tabungan para petani bukan sebagai industri peternakan, maka kedaulatan ekonomi Indonesia sekali lagi di gempur oleh negara lain yang sudah lama mengembangkan industrialisasi peternakan.

Virus Antrak mudah berkembang pada musim kemarau, karena tingkat stress hewan pada musim ini sangat tinggi. Di awali dengan sulitnya mendapatkan cadangan makanan dan air yang berlimpah. Apabila pemerintah sekali lagi tidak tanggap dengan epidemi antrax ini yang kemungkinan besar akan mewabah di musim kemarau nanti, maka peternak sapi akan sangat dirugikan.

Peran pemerintah untuk mencegah penyebaran bencana epidemi virus antrax harus segera dilaksanakan, pertama melakukan sosialisasi yang masif kepada para peternak sapi, kedua melakukan penghancuran sapi yang terjangkit dengan ganti rugi kepada peternak dan pemberian bibit ternak secara gratis. Jangan sampai terjadi bangkrutnya ratusan peternak sapi dibogor pada tahun 2012 hanya karena mahalnya biaya kesehatan hewan ternak yang sampai jutaan rupiah terjadi kembali.



Rizky Afriono
Koordinator Nasional 
Jaringan Info Bencana


Minggu, 03 Februari 2013

BENCANA EPIDEMI: Flu Burung Sebuah Bencana Yang di Cipta



































Bila mendengar virus H5N1 pasti kita akan mengingat akan bencana epidemi flu burung yang pernah melanda Indonesia pada tahun 2006. Mengapa pada abad-abad modern ini berbagi jenis virus baru tumbuh dan berkembang dengan begitu pesat dan pengaruhnya kepada kehidupan bermasyarakat sangat mengkhuatirkan  sekaligus meresahkan. Selama beratus-ratus  tahun bahkan ribuan tahun nenek moyang manusia sudah mulai mencoba mendosemetikasian binatang liar sebagai bahan makanan hewani. Salah satunya jenis unggas. Secara ilmu pengetahuan penyakit yang terdapat pada unggas, sangat kecil akan tertular kepada manusia karena perbedaan kromosom yang signifikan. Oleh karena itu, penyakit tetelo pada unggas tidak dapat menular kepada manusia.

Namun mengapa flu burung dapat tercipta, hingga sekarang di kalangan para ahli masih memperdebatkanya. Flu ini sangat berbeda dengan virus yang biasa menyerang unggas, perbedaan yang paling menggemparkan dunia adalah, virus ini dapat menular kepada manusia. Hal ini bagaikan sebuah bola salju, permasalahan yang dihadapi manusia semakin kompleks, karena pola konsumsi dan  budaya yang telah berkembang selama ribuan tahun untuk mendosmetikasi unggas, tiba-tiba harus mulai ditata dengan sangat hati-hati. Berbagai prosedur yang terbilang cukup rumit harus mulai di adopsi masyarakat seluruh dunia dalam memelihara unggas.

Agaknya kedepan manusia akan terus banyak menemukan tantangan menghadapi bencana epidemi yang tidak terduga-duga.  Virus-virus baru pun terus bermunculan dengan sebuah tanda tanya besar, pengetahuan yang ada pada saat ini hanya berada pada posisi preventif penyebaran sebuah virus (epidemi) tanpa bisa mengetahui bagaimana virus-virus tersebut dapat tercipta. Alam akan selalu berubah dan itu menuntut  ilmu pengetahuan manusia untuk menjawabnya.

Rizky Afriono
Koordinator Nasional
Jaringan Info Bencana

Rabu, 30 Januari 2013

BANJIR JAKARTA :Hujan Buatan, Bukan Menggeser Tetapi Memecah dan Mencegah

Foto: Bisnis.Com / 27 Januari 2013

Secara alami air mengalami banyak perubahan bentuk salah satunya adalah partikel  berukuran mikro yang sering disebut sebagai uap air.  Uap air ini paling banyak terbentuk di wilayah lautan, karena permukaan air yang terpapar sinar matahari terbanyak adalah  disana. Uap air ini yang berukuran mikro terangkut ke udara melalui mediator (bahan pengantar) bahan pengantar ini yang paling baik adalah garam Nacl. Secara alami unsur Nacl ini telah ada di udara.
Secara alami uap air yang terbawa Nacl ini akan membentuk awan cumulus, awan ini  dari lautan akan tertiup ke dataran tinggi dikarenakan perbedaan tekanan udara. Awan tersebut nantinya akan tertahan di titik kesetabilan tekanan udara yang banyak ditemui di daerah dataran tinggi dan pegunungan. Awan yang terkumpul ini lama kelamaan akan menjadi besar dan membentuk gumpalan-gumpalan awan cumulus yang besar, dan apabila sudah sangat jenuh maka akan berubah kembali menjadi air berupa butiran-butiran air yang kecil sebesar kelereng yang kita kenal sebagai hujan .Semakin besar awan yang terbentuk maka akan semakin lebat pula hujan yang turun.

Nacl /(mencegah pembentukan awan)
Uap-uap air yang terbentuk disuatu wilayah, semisal lautan bisa saja langsung di jenuhkan tanpa harus menunggu bentukan awan yang besar. Hal ini sering disebut sebagai pencegatan pembentukan awan. Teknisnya adalah menggunbakan pesawat penebar atau tembakan dari bawah GBG (Ground Based Generator) yang membakar flare berisi bahan higroskopis (NaCl). Zat ini akan menjadi mediator penguapan air agar lebih cepat, oleh karena itu awan yang tercipta cepat sekali mengalami penjenuhan dan terciptalah hujan yang tidak terlalu lebat.

CaCO2 (memecah awan)
Kapur  digunakan untuk memecah awan, awan yang terbentuk dalam suatu wilayah yang besar, misal DKI Jakarta. Dapat dipecah agar tidak menjadi suatu kumpulan awan yang besar, misal menebar CaCo2 di wilayah Jakarta Selatan, maka awan disekitar Jakarta Selatan akan terpisah dari awan induk wilayah Jakarta. Setelah terpisah maka awan tersebut dapat mulai di jenuhkan dengan menebar Nacl agar mempercepat terjadinya hujan. Awan sangat sulit untuk digeser namun cara termudah adalah dicegat dan dipecah, ini yang disebut sebagai hujan buatan.

Rizky Afriono
Koordinator Nasional
Jaringan Info Bencana

Minggu, 27 Januari 2013

3 JENIS BANJIR DI KOTA DEPOK SUATU KEANEHAN


Agaknya mendengar kata Depok Jawa Barat, kita tidak menyangka terdapat 33 titik banjir diwilayah ini, lebih banyak daripada titik banjir di Jakarta Utara. Mengapa Kota Depok yang mempunyai elevasi yang lebih tinggi daripada Jakarta, Tanggerang dan Bekasi dapat terimbas bencana alam seperti banjir. Banjir sebenarnya adalah siklus alam untuk mendorong atau mentransformasi unsur-unsur tanah kewilayah lainya. Pengendapan yang terjadi pada suatu sungai akan berkurang karena endapan tersebut akan terdorong ke muara dan menjadi delta oleh tenaga banjir.

Untuk wilayah pesisir barat pantai utara pulau Jawa dari Banten hingga Jawa Barat, cenderung pengendapan adalah membentuk daratan. Sedangkan tipe pantai dan sedimentasi dari Jawa Tengah hingga pertengahan Jawa Timur berpola mengikis daratan  oleh efek imbas gelombang laut yang lebih besar daripada sedimentasi atau pembentukan delta (daratan).

Kembali ke Kota Depok, setelah dilakukan survey ternyata banjir di kota depok dapat di kategorikan menjadi tiga kelompok.
1. Banjir yang terjadi karena salah tata kelola DAS (daerah aliran sungai), warga masyarakat dibiarkan menghuni bahkan memiliki bangunan disekitar sempadan sungai. Hal ini dapat kita lihat di kelurahan kemirimuka dimana terdapat perumahan warga yang selalu terkena bencana banjir atau sekitar jembatan Jalan Baru.
2 Banjir yang diakibatkan dari tidak jalanya sistem konservasi situ, empang di Kota Depok, kita dapat melihat di Setu Pladen atau Setu Lio bagaimana setu mengalami pendangkalan akibat sampah dari penduduk atau memang terbawa dari sumber air yang mengisi situ tersebut dan sedikit sekali mengalami pengerukan yang rutin.
3. Banjir akibat kenaikan permukaan jalan, dimana setiap tahun selalu ada perbaikan jalan. Perbaikan jalan ini apabila sudah dilakukan selama bertahun-tahun menyebabkan ketingian muka jalan yang awalnya sama dengan halaman rumah warga, lambat laun menjadi lebih tinggi hal ini  merupakan hal utama penyebab banjir, warga mengangap ini sebagai kutukan, karena setiap hujan pasti air dari jalanan akan melimpah dan memasuki halaman rumah yang memang sudah tidak ada lagi tanah serapan. Hal ini dapat kita lihat di kelurahan Beji, sekita pagar kuning Kampus Universitas Indonesia.

Koordinator Nasional
Jaringan Info Bencana
Rizky Afriono 


Selasa, 22 Januari 2013

CERPEN Mahasiswa Relawan Membuka Isolasi Korban Banjir (KISAH NYATA)

Cerpen ini dipersembahkan untuk:
kawan-kawan Mapala UI , Mapala Sejabodetabek, WANADRI, BASARNAS, TAGANA, TNI, POLRI dan  Seluruh Pihak dan Sukarelawan Banjir (Posko Pluit Khususnya)

@JrngInfoBencana

Lampu remang-remang  menyinari dari setiap sudut ruangan disebuah kampus di Depok, ya sebuah sekretariat dari Organisasi MAPALA UI, banyak langkah kaki didalam ruangan tersebut seperti irama kuda yang berpacu. Ya, memang hari ini sangat sibuk, Banjir Jakarta seakan ada disetiap titik.Segala peralatan evakuasi seperti perahu, kayak, dayung, helm ,cornmantel, dry bag diselipkan pada ruang mobil 4 WD, mobil tersebut seakan ingin memuntahkan kembali semua logistik dan peralatan yang dibawa. Suasana terbucah "kemana kita akan pergi" celotehan keluar dari miulut salah satu rombongan, ketua tim memberikan arahan untuk menuju lokasi banjir yang  belum tersentuh.

Dimanakah tempat tersebut, dalam hati seakan bertanya-tanya, namun kegusaran segera hilang. Karena dengan lantang ketua tim berucap. "Ke utara disana kita akan memulai evakuasi", disana banyak pemukiman yang pastinya tergenang oleh banjir karena tertahan oleh naiknya permukaan laut. Pluit dan Rawabuaya. makan tim dibagi menjadi 2 tanpa basa-basi mereka segera meluncur kesana, tepat  pukul 21.00 tertanggal 18 Januari 2013. Radio yang dibunyikan menemani mereka didalam mobil, namun suasana di luar sungguh berbeda, ibu kota terasa sepi,orang-orang pulang kerja kearah selatan seakan-akan tidak ada suatu masalah di utara Jakarta.

Mengantuk pasti, namun ruangan yang sempit dan berdesakan memaksa mata mereka untuk tetap terbuka. Sesampainya di Jembatan Gantung Jakarta Utara. Mereka segera berkordinasi dengan Posko MAPALA SEJABODETABEK, suasana posko yang memakai ruangan mesjid, tampak tenang. Disana hanya terlihat wajah-wajah lelah para mahasiswa sukarelawan yang habis berjuang melakukan pendataan dan pendistribusian logistik didaerah Jakarta Utara. Sambutan hangat  dengan diselingi candaan-candaan lucu menambah suasana semakin berwarna.

Salah satu mahasiswa dengan perawakan kurus gondrong dengan celana pendek, menjelaskan " bahwa di Jakarta Utara terdapat 22 titik banjir dan hampir 20 titik sangat sulit untuk ditembus. Pertama karena rata-rata pemukiman padat dengan gang-gang sempit. Posko yang ada pada titik-titik banjir pada saat ini dibentuk oleh  kordinasi masyarakat korban banjir sendiri seperti organisasi kepemudaan atau karang taruna."Beginilah kondisi di Rawa Buaya dan sekitarnya" "kami sangat minim logistik untuk didistribusikan dan sangat memerlukan kendaraan bermotor seperti mobil"

Grrrr.grrrr.grrr dering HP memaksa salah satu mahasiswa untuk mengangkatnya ditengah obrolan, di kejahuan terdengar "apa" ya, tim akan segera merapat ke Pluit. "Lokasi Rawabuaya memang sangat memerlukan evakuasi namun aksesnya sangat sulit". 'Segera merapat ke pluit kemungkinan terdapat ribuan warga didalamnya dan peralatan yang kita bawa sangat memungkinkan untuk digunakan'. Memang keputusan yang sulit, tapi memang harus dengan cepat diambil keputusan. "Oke kami segera merapat", teman-teman posko PKD Mapala Sejabodetabek mengantarkan hingga gerbang kapus SatyaGama, salah seorang berujar. Tolong di komunikasikan bahwa "Jakarta Utara sangat memerlukan logistik" dengan suara parau akibat kelelahan.

Melewati tol seakan melewati jalan biasa, karena dikanan-kiri kita dapat melihat kendaraan roda dua berpacu dengan asiknya. Yah memang kebijakan dari pengelola tol untuk membuka akses untuk kendaraan roda dua selama banjir. Di ujung pintu tol dari kejauhan kita dapat melihat mal emporium Pluit berdiri dengan gagahnya, namun suasana sungguh menyeramkan sisa-sisa banjir dengan sampah-sampahnya ada di mana-mana. Truk personil marinir berada tepat di depan RS. Atma Jaya. Segera mereka memarkirkan mobilnya disamping tim yang sudah tiba lebih dahulu.
 foto: kompas.com 21 Januari 2013http://megapolitan.kompas.com/read/2013/01/22/12133697/Mahasiswa.Relawan..Menyentuh.Korban.Banjir.yang.Tak.Tersentuh

Tampak seorang mahasiswa sibuk menulis pada sebuah agenda kecilnya, "hei kemana anak-anak", dari tim yang baru tiba. "Anak-anak ke sudah masuk kedataran banjir untuk melihat keadaan sekalian mengantarkan logistik ke apartemen laguna". "Dimana posisi laguna itu" seorang bertopi bertanya, "hemmm kira-kira berada ditengah-tengah dataran banjir sekitar 45 menit mendayung pelan" jawabnya. Tiba-tiba dari kejauhan muncul beberapa mobil 4 WD bertuliskan ORARI, delapan pemuda turun dengan syal orange menyala dengan bacaan WANADRI.

Seorang keluar dengan rambut gondrong dan jaket gunung berwarna merah. Orang tersebut disebut sebagai Komandan oleh rekan-rekanya. Segera mereka menghampiri tim Mahasiswa tersebut, mereka berkordinasi dan Komandan "menanyakan apakah tim sudah menjelajahi area banjir". "Belum" ucap seorang mahasiwa, i, sambil membuka sebuah peta jakarta dan menunjukan perkiraan luas area banjir. Waktu sudah menunjukan pukul 02.13 tertanggal 19 Januari 2013. Tiba-tiba seorang datang dengan tergesa-gesa dia berkata. "Pak tolong pak saya punya anak buah tapi dari kemarin tidak mau dievakuasi", "apakah bapak dapat menolong?. "Air semakin meninggi pak, saya mempunyai license divemaster biar nanti saya yang menuju lokasi anak buah saya, karena perahu karet tidak dapat memasukinya". Seorang pria bertopi diantara rekan-rekan mahasiswa mengiyakan dan berkata, "Pak, nanti bapak tidak diving dalam ruang tertutup kan". "Tidak Pak, ruang terbuka dipingir jalan jalur Busway".

Tim segera menurunkan perahu dari atas mobil, pelampung, dayung, drybag dan sebagainya dibawa demi keselamatan. Mendayung dengan perlahan diwaktu malam gelap. Dikanan-kiri dapat terlihat rumah-rumah yang terendam sepertiganya. Harus diketahui bahwa rumah-rumah yang mereka lewati umumnya bertingkat tiga, sehingga banjir 1,5 meter tidak terlalu berpengaruh terhadap keselamatan penghuni rumah. Namun mobil-mobil mewah terlihat bagai sedang dimandikan oleh air yang berwarna kecoklatan, seorang pria yang ikut dalam tim berkata "itu mobil kayaknya harganya 1,5 milyar deh". Mereka hanya mengeleng-gelengkan kepalanya seakan mencoba mengkalkulasi kerugian yang disebabkan banjir kali ini.

"Pak toyo,,pak toyo !!" sautan dari perahu memecah keheningan. "Ya kami" suara terdengar dari balik rumah penjaga pohon bonsai. "Tolong pak kami udah ga mau lagi disini". Perahu segera mendekati rumah tersebut dan dengan pakaian lengkap seorang penyelam namun tanpa tabung. Pria yang tadi meminta pertolongan kepada tim evakuasi menceburkan diri dan berenang menggunakan snorkling. Ia mendekati rumah yang hampir habis atapnya terendam banjir. Terdengarlah pembicaraan dengan nada meninggi "kan udah gue bilang, kerja sich kerja, tapi ga gini juga !, kalo banjir udah tinggalin aja ni rumah jaga pohon bonsai!". "Lu bikin w degdegan aja". "Sory bos" ucap dari pria sekitar berumur 50 tahunan.

Segera setelah naik  perahu karet, salah seorang  berkata, "eh tadi w liat ada pala uler muncul lumayan gede ada setelapak tangan". "Paling ular sanca" ucap pria 50 tahunan tadi. Pria penyelam selama perjalanan ke tempat yang tidak banjir bercerita bahwa ia besok akan membantu evakuasi basement UOB, ia berkata "saya diminta oleh perkumpulan selam, namun syaratnya sudah pernah rescue". Sesampainya dititik tidak banjir segera ia turun bersama anak buahnya dan berucap "terima kasih adik-adik". Sangat lelah rasanya ketiga mahasiwa itu. Namun tiba-tiba ada seorang ibu-ibu yang berkata, "Pak bolehkah perahu ini saya sewa". "Tidak bu perahu ini tidak disewakan kami stand by untuk memprioritaskan korban yang harus dieavkuasi" ucap seorang pria bertopi. Berselang 15 menit datang seorang bapak-bapak meminta tolong dengan sangat untuk mengevakuasi keluarganya yang terjebak banjir, maka tim segera berangkat, 3 jam dihabiskan untuk mengevakuasi keluarga tersebut yang terletak di dekat danau pluit.

Sesampainya di posko sekitar jam 8 pagi, datang lah seorang pria, dia adalah salah satu warga yang dikirim dari Muarabaru untuk menyampaikan bahwa terdapat 20 ribu warga terisolasi dimuara baru. "Pak tolong pak sudah dari hari kamis warga terisolasi dan sekarang kelaparan". Berarti sudah 3 hari warga terjebak tanpa adanya bantuan logistik. Seorang wanita dari tim MAPALA UI berkordinasi dengan BASARNAS dan berkata " Pak ada 20 ribu warga yang terjebak di Muarabaru, "tim kami kemarin sudah kesana namun sangat sulit aksesnya jadi kami hanya sampai di gang Mesjid" ucapnya". "Oke-oke" ucap dari salah satu komandan BASARNAS, "kami juga tidak punya logistik kami menunggu suplai dari BNPB".

Jam 9an didirikan tenda biru dengan bacaan Budha Tzuchi, segera tim berkordinasi dan meminta logistik untuk segera disalurkan ke Muarabaru. Seorang mahasiwa berbadan tegap berkatan "w dapet SMS bahwa ada 2 orang terjebak di sekolah cambridge dan satunya sakit". Tim segera makan seadaanya, "hem nikmat sekali gado-gado nasi ini mungkin berkah dari tuhan untuk mengisi tenaga kami kembali", ucap salah seorang mahasiswa". Segera tim berangkat, namun baru beberapa meter dari batas banjir datanglah Crew dari TV One dengan membawa dokter dan dua orang gadis remaja. Mereka berkata, perahu mesin marinir rusak "bolehkah kami ikut". Seorang gadis dengan mata berkaca-kaca di "muara baru parah" banyak yang sakit bahkan bisa meninggal".

Pikiran kami seakan terbelah, namun karena situasi Muarabaru paling urgent, maka kami mengambil keputusan untuk segera mengantarkan dokter ini ke Muarabaru. Crew TV One selama perjalanan meliput dan melakukan siaran langsung diatas perahu. Kami laporkan dari "Muarabaru" ucap seorang presenter. "Bang ini belum nyampe Muarabaru paling baru 1/4 perjalanan". Ternyata untuk mencapai muara baru sangatlah jauh, ditambah kami menggunakan perahu karet yang pergerakanya tergantung dayung dan tenaga kami. Didepan pintu gerbang perumahan ditanggul menggunakan karung-karung tanah, terdapat sebuah gang kecil. Disitulah awal tim memasuki wilayah Muarabaru yang terisolasi, gangnya sangat kecil, dari sana keluar rakit-rakit kecil yang dibuat seadanya oleh warga. Ada yang terbuat dari gabus, ban, bambu, derigen, bahkan yang paling anyar kulkas.

Saking sempitnya perahu harus beberapa kali dimiringkan, selama perjalanan warga meminta. "Pak logistik dong pak, jangan ke hanya rumah susun Muarabaru, kami disini juga ada yang sakit dan kelaparan" ucap seorang ibu-ibu muda dari balik rumahnya yang tenggelam dilantai pertamanya. Rumah-rumah disekitar gang tersebut memang tergolong tidak layak huni, terbuat dari kayu-kayu dan triplek seadaanya dan berbentuk bertingkat-tingkat menyerupai rumah-rumah yang sering kita lihat dipinggir Kali Ciliwung. Selama perjalanan kami membagikan logistik yang ada. Karena jalan semakin sempit maka pada waduk pluit tim diberi masukan. "Pak sumpah pak lewat waduk aja biar cepet", "aman pak", "pompa airnya sudah mati" ucap seorang pemuda diatas rakit kayu.

Maka tim mengambil keputusan untuk melewati waduk tersebut, skiperr (red.komandan perahu) berucap. "oke siap dayung satu-dua-satu-dua", sambil beberapakali menundukan kepala melewati kabel yang sudah malang-melintang dimana-mana. Sebelum memasuki wilayah rumah susun didepan sebuah rumah seorang gadis yang berada diperahu menangis, "Bude-bude ini makanan buat bude, sengaja (nama disamarkan) belikan buat bude", suasana haru semakin menyelimuti setiap orang yang ada diperahu. Sesampai dirumah susun bocah-bocah segera berlarian dengan senang, mendorong-dorong perahu dengan gembira. Seorang ibu-ibu dari balik warung berkata " heh jangan didorong-dorong entar w pada bilangin ke emaklu".

Segera warga turun dari gedung pertama rumah susun, suasana sungguh tidak memungkinkan, seluruh logistik yang ada baik makanan ataupun air diambil secara acak oleh warga yang sangat banyak apabila dibandingkan dengan logsitik yang dibawa. Dokter segera berucap. "saya akan mendirikan posko medis pertama di Muarabaru, ya di rumah susun ini". Seorang perwakilan warga berkata disini ada 3 gedung yang dihuni 700 kepala keluaraga dengan total populasi lebih dari 2500 jiwa. Kami merasa tersentak, bagaimana kami mengevakuasi atau mendistribusikan logistik dengan wilayah area banjir yang luas, pemukiman yang padat, gang-gang yang sempit dan puluhan ribu warga yang tetap bertahan. Awan dikejauhan semakin terang, seterang pikiran para Mahasiswa Sukarelawan tersebut seakan terbang menggapai putihnya cahaya,  hari demi hari, jam per jam, seperdetik seakan sangat berarti dalam situasi Darurat Bencana. -Selesai-.

penulis
Rizky Afriono

Kamis, 17 Januari 2013

BENCANA ALAM: JAKARTA DAN BANJIR



Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia. Bentuknya sendiri bermacam-macam (banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor, tsunami, badai salju, kekeringan, hujan es, tornado, badai tropis, kebakaran liar dan wabah penyakit).

Beberapa hari ini Jakarta dan sekitarnya diguyur hujan lebat yang mengakibatkan beberapa ruas jalan terputus akibat banjir. Ada pihak yang simpati, tapi tidak sedikit pula yang saling menyalahkan baik itu perilaku masyarakat yang kurang perduli terhadap lingkungan sekitar maupun menyalahkan pemerintah yang tidak tanggap dalam melakukan pencegahan terhadap banjir yang sudah menjadi “tradisi” di Jakarta apabila musim penghujan tiba.

Pada tahun 2002 dan 2007 juga hal yang sama terjadi dikarenakan berbagai sebab baik itu hujan di kota sebelah, bendungan yang maupun memang curah hujan yang cukup tinggi, beberapa pihak menyebut bencana ini dengan banjir lima tahunan (walaupun sebenarnya tidak ada istilah banjir lima tahunan). Tidak bisa dipungkiri hal ini berdampak besar secara sosial, ekonomi maupun kesehatan khususnya di kota Jakarta.


 foto: liputan6.com/18/01/2013

Curah hujan yang tinggi diperkirakan akibat pengaruh perubahan iklim global dan Antropogenik. Antropogenik adalah istilah pencemaran yang diperkirakan terjadi karena ulah manusia seperti aktivitas transportasi, industry, pembakaran sampah dan rumah tangga. Sehingga siklus dua musim di daerah tropis khususnya Indonesia semakin sulit diprediksi.

Selain dipengaruhi oleh kondisi alam. Urbanisasi, pelanggaran tata ruang, berkurangnya resapan air, kondisi tanah yang jenuh, perumahan di bantaran sungai dan lereng perbukitan menyebabkan lingkungan semakin rentan terhadap bencana.

Yusuf Yanuardi
Kontributor  Jawa Barat
Jaringan Info Bencana


Sumber :

Rabu, 16 Januari 2013

BENCANA ALAM: BANJIR JAKARTA DAN SEJARAHNYA



Sejarah banjir Jakarta memang sangat panjang, secara geografis wilayah jakarta berada di bawah 2,5 meter permukaan laut. Hal ini menyebabkan potensi banjir akan selalu menghantui kota Jakarta. Secara toponimi banyak wilayah Jakarta bernama pulo, rawa dan setu hal ini dapat dikaitkan dengan tempat berkumpulnya air pada musim hujan. Sedangkan wilayah Jawa Barat diwilayah selatannya sangat banyak dijumpai wilayah bernama awalan Bojong (bahasa sunda) yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah sumber mata air.

Catatan pertama perihal banjir Jakarta  terdapat pada Prasasti Tugu, prasasti yang berasal dari Kerajaan Tarumanagara. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya Abad Ke-5 Masehi. Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.

 foto: sumber kompas.com 17/01/2013

Pada 1620 pemerintah VOC mulai memanfaatkan potensi banjir ini dengan membangun kanal-kanal yang lurus agar aliran  banjir dapat dengan cepat teralirkan ke laut. Kanal-kanal ini juga sangat membantu dalam perdagangan VOC. Karena indahnya kota Batavia para pedagang Internasional memberi nama sebutan Batavia Queen of The East untuk Batavia. Namun penataan ini tidak dilanjutkan ketika pemerintahan Napoleon Bonaparte 1808-1811 dan Perancis menggantikan posisi VOC di Batavia. Kanal-kanal yang sudah ada di urug dengan sisa-sisa pembongkaran Benteng Batavia.

Hal ini membuat aliran sungai menjadi terhambat yang menyebabkan timbulnya sumber penyakit seperti kolera dan malaria. Bencana epidemi ini memaksa pemerintah Belanda untuk membangun kota secara lebih luas ke selatan yang nantinya disebut sebagai Weltevreden, dengan Manggari sebagai batas akhirnya. Daerah ini cenderung lebih sehat dibandingkan dengan kota Batavia yang berpusat di Jakarta Utara. Namun Banjir besar di Jakarta tetap terjadi dan tercatat dalam sejarah pemerintahan Belanda yaitu pada tahun 1918. Hampir seluruh Jakarta terendam. Kala itu wilayah Jakarta masih belum seluas sekarang. Salah satu yang paling parah adalah kawasan Jalan Sabang, Jakarta Pusat.

 Pada saat pemerintahan Indonesia Sungai Ciliwung, sebagai sungai terbesar pengaruhnya terhadap wilayah Jakarta, dalam sejarahnya mempunyai interval banjir besar 50 tahunan sejak tahun 1800an sampai tahun 1914. Namun menjadi semakin pendek 10 tahunan pada periode 1915-1960an dan  pada periode selanjutnya 1960an sampai akhir tahun 1992 siklus banjir besar menjadi 5 tahunan. Pada masa sekarang di periode tahun 2000an siklus semakin pendek hingga di bawah 3 tahun sekali. Banjir besar tercatat diatas tahun 2000 adalah pada tahun 2004, 2007 dan sekarang 2013 yang selalu menimbulkan korban jiwa dan materi.

Rizky Afriono
Koordinator Nasional
Jaringan Info Bencana

Senin, 14 Januari 2013

BENCANA ALAM: Pendidikan Bencana Alam

Penyuluhan-penyuluhan perihal kebencanaan yang diadakan oleh pemerintah sebenarnya adalah salah satu bentuk desiminasi informasi yang baik. Namun hal ini mempunyai kekurangan yaitu memerlukan sumber daya yang besar. Padahal hal tersebut dapat diinformasikan melalui media-media yang sudah ada.

Salah satu cara paling efektif adalah pembentukan kurikulum sadar bencana  yang dimasukan pada mata pelajaran sekolah-sekolah. Hal ini sudah berjalan sejak lama dinegara-negara maju seperti Jepang. Sebenarnya hal apa sih yang harus dikembangan dan harus diketahui oleh masyarakat umum, yaitu dengan pemahaman kebencanaan sejak dini dibawah ini adalah poin-poin dasar pengetahuan kebencanaan.

foto:rimanews.com 14/01/2013

1. Pemahaman Lingkungan  dan Kelestarian
2. Pemahaman Bahaya
3. Pemahaman Akan Sistem Peringatan Dini
4. Pengetahuan Akan Reaksi Cepat
5. Pemahaman Rencana Penanganan Bencana
6. Pemahaman Akan Perilaku Aman
7. Pemahaman Rute Penyelamatan Diri
8. Pemahaman Penyelamatan Diri dan Harta Benda

Rizky Afriono
Koordinator Nasional
Jaringan Info Bencana




Jumat, 11 Januari 2013

BENCANA ALAM: UNSUR PERINGATAN DINI (SINERGIS PEMERINTAH DAN MASYARAKAT)

UNSUR PERINGATAN DINI

Pada tahun 2013 Indonesia langsung saja ditimpa oleh berbagai bencana alam, hidrometeorologi seperti intensitas curah hujan, angin kencang dan gelombang laut adalah salah satu unsur penyebab bencana dimana-mana. Agaknya respon dari pemerintah dan masyarakat masih belum cepat dalam menanggapi bencana alam yang semakin sering terjadi.

Oleh karena itu Badan Nasional Penanggulangan Bencan (BNPB) pada tahun 2012 membuat penduan EWS sistem peringatan dini berikut dibawah ini adalah salah satu artikelnya.


Tujuan dari pengembangan sistem peringatan dini yang berbasis masyarakatadalah untuk memberdayakan individu dan masyarakat yang terancam bahaya untuk bertindak dalam waktu yang cukup dan dengan cara-cara yang tepat untuk mengurangi kemungkinan terjadinya korban luka, hilangnya jiwa, serta rusaknya harta benda dan lingkungan. Sistem peringatan dini yang lengkap dan efektif terdiri atas empat unsur yang saling terkait, mulai dari pengetahuan tentang bahaya dan kerentanan, hingga kesiapan dan kemampuan untuk menanggulangi. Pengalaman baik dari sistem peringatan dini juga memiliki hubungan antar-ikatan yang kuat dan saluran komunikasi yang efektif di antara semua elemen tersebut.
Keempat elemen tersebut adalah:

1. Pengetahuan tentang Risiko
2. Pemantauan dan Layanan Peringatan
3. Penyebarluasan dan Komunikasi
4. Kemampuan Penanggulangan

sumber: Pedoman EWS BNPB 2012 hal: 6 - 7.

Rizky Afriono
Koordinator Nasional
Jaringan Info Bencana

Kamis, 10 Januari 2013

BENCANA ALAM: LONGSOR PUNCAK DAN JALUR ALTERNATIF

Untuk menghubungkan  Waltervreden ( Jakarta), Bogor (Buitenzorg) dan Bandung (Paris Van Java) maka Pemerintah Belanda membuka jalur transportasi pada abad ke -20. Dibentuklah tim survey untuk membuka jalur tersebut, hasil rekomendasinya adalah terdapat dua kemungkinan untuk membuka jalur, pertama jalur jonggol yang melingkari kawasan puncak dan jalur kedua yang memotong bentang alam puncak melewati karisidenan  Cianjur dan pada saat sekarang ini terkenal dengan nama jalur puncak. Jalur ini berkembang dengan pesat akibat Belanda membuka perkebunan teh secara besar-besaran. Suasana puncak yang sejuk menyebabkan para pejabat Belanda sering plesiran ke daerah tersebut dan pada akhirnya diputuskanlah pembuatan istana musim panas sebagai sarana rekreasi para pejabat Belanda.


 Foto sumber: liputan6.com  tanggal 10/01/2013

Jalur puncak dipilih menjadi jalur utama karena, dibandingkan dengan jalur jonggol memiliki kesetabilan tanahnya yang solid dan tidak mudah longsor. Namun akibat dari pembangunan pesat yang banyak menghabisakan daerah aliran sungai (DAS) serta bentang alam tebing yang banyak dijadikan pemukiman dan villa mengakibatkan kesolidan tanah semakin berkurang.

Kesolidan tanah sebenarnya dapat tetap terjaga asalkan perencanaan pembangunan turap tebing yang baik dan kokoh. Alternatif lain yaitu pengalihan beban lalu lintas jalur puncak. Oleh karena itu jalur Jonggol yang selama ini mati suri dapat dihidupkan lagi sebagai sarana pengalihan arus lalu lintas.


Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, atau percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.

Tanah longsor dapat disebabkan oleh:
1. Penggundulan hutan; yang biasanya akan mengakibatkan berkurangnya daya ikat tanah;
2. Getaran pada lereng akibat gempabumi ataupunledakan, penggalian getaran alat/kendaraan;
3. Peningkatan beban yang melampaui daya dukung tanah;
4. Pemotongan kaki lereng secara sembarangan yang mengakibatkan lereng kehilangan gaya penyangga.

Gejala terjadinya tanah longsor antara lain:
1. Munculnya retakan memanjang atau lengkung pada tanah atau pada konstruksi bangunan, yang biasanya terjadi setelah hujan;
2. Terjadinya penggembungan pada lereng atau tembok bangunan;
3. Tiba-tiba muncul rembesan atau mata air pada lereng;
4. Apabila pada lereng sudah terdapat rembesan air/mata air, air tersebut tiba-tiba menjadi keruh bercampur lumpur;
5. Pohon-pohon atau tiang-tiang miring searah kemiringan lereng;
6. Terdengar suara gemuruh atau suara ledakan dari atas lereng;
7. Terjadi runtuhan atau aliran butiran tanah/kerikil secara mendadakdari atas lereng.

Rizky Afriono
Koordinator Nasional
Jaringan Info Bencana

Rabu, 09 Januari 2013

BENCANA ALAM HIDROMETEOROLOGI

Dalam 4 hari saja BNPB sudah merilis 52 Kabupaten / Kota terkena bencana alam dengan memakan korban 14 orang meninggal dunia dan 6 orang dinyatakan hilang, bencana alam tersebut umumnya berupa banjir, longsor, puting beliung dan  gelombang laut. Agaknya pada tahun 2013 berdasarkan beberapa lembaga pengamat cuaca  negara Indonesia akan banyak mengalami bencana alam. Bencana Alam tersebut dikategorikan sebagai bencana alam hidrometeorologi yaitu bencana alam yang terjadi akibat perubahan cuaca secara ekstrim yang mempengaruhi intensitas curah hujan dan gelombang laut.

 
foto bisinis aceh.com/ antaranews.com 09/01/2013

Bencana alam hidrometeorologi ini membuat gelombang laut menjadi tinggi dan mempengaruhi alur pelayaran terutama di Indonesia bagian timur, akibatnya pendapatan nelayan menjadi semakin menurun karena buruknya cuaca. Sedangkan petani  akan terkena imbasnya dengan banyaknya persawahan dan perkebunan yang terkena banjir  yang mengakibatkan  gagal panen.

Rizky Afriono
Koordinator Nasional
Jaringan Info Bencana