Siklus Bencana dan Banjir Jakarta
Istilah siklus bencana sebenarnya tidak merujuk kepada bencana yang pasti akan berulang karena sebenarnya bencana itu bersifat unik dan ada kemungkinan tidak terjadi kembali. Seperti diketahui alam memiliki bahaya objektif, seperti sungai kemungkinan besar menyimpan bahaya yang dapat membuat bencana alam banjir. Analisis akan bencana sangat perlu untuk meminimalisir kerugian yang kemungkinan terjadi di kemudian hari, sejarah bencana berupa data tertulis atau ingatan masyarakat adalah salah satu alat analisis bahaya menggunakan data sejarah. Seperti bencana banjir Sungai Ciliwung dilihat dari sejarah banjir Jakarta sejak masa kolonial hingga masa sekarang, selain itu wawancara mendalam terhadap suatu masyarakat dapat menggali info mengenai banjir Jakarta, misal istilah 'Kebo Gerang' yang dipakai masyarakat Kota Depok untuk mengambarkan tanda-tanda Sungai Ciliwung akan meluap. Bantuan ilmu pengetahuan berupa metereologi, hidrologi dapat membantu analisis tentang peiodisasi kapan meluapnya Sungai Ciliwung.
Masyarakat yang tinggal di Sungai Ciliwung mempunyai kerentanaan tertingi terhadap bencana banjir adalah masyarakat yang tinggal disekitar zona terdampak, kerentanan akan semakin tinggi apabila rumah yang digunakan tidak beradaptasi dalam menghadapi banjir. Masyarakat yang tinggal disekitar Sungai Ciliwung yang berpengalaman menanggulangi bencana banjir akan menurunkan kerentanannya terhadap bencana banjir. Disinilah peran pemerintah dalam melakukan mitigasi yaitu dengan pembuatan aturan rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) serta penegakannya. Mitigasi sebenarnya adalah pengurangan kerugian akibat terjadinnya bencana, seperti pemindahan lokasi pemukiman masyarakat yang berada di zona terdampak banjir.