TANGGUL JEBOL DAN KEDALAMAN SUNGAI
Tentu kita masih ingat berapa bulan lalu, ketika Jakarta, Tanggerang, Bekasi dan Depok tertimpa bencana banjir banyak tanggul-tanggul sungai tersebut tidak dapat menahan derasnya arus sungai yang mengakibatkan tanggul menjadi jebol. Daerah-daerah yang biasanya terlindungi oleh tanggul mendadak menjadi daerah genangan banjir yang baru, seperti di daerah Menteng, Pluit (Jak-Bar), Situ Pladen (Depok), Tanggerang, dan Perumahan Bumi Asri (Bekasi).
Mengapa hal ini bisa terjadi, pertama karena tidak adanya penggalian kedalaman sungai (AS) ke posisi semula, pengendapan selama bertahun-tahun dikelola dengan cara tidak bijak, oleh karenanya hanya ada wilayah-wilayah tertentu yang mendapat penggalian kedalalaman sungai ke posisi semula (AS), sedangkan wilayah-wilayah sungai lainya dibiarkan terlantar. Selain itu penurapan sungai yang dilakukan pada tahun 80 dan 90an menyisakan permasalahan kedepanya karena proses pembangunan tersebut tidak mengindahkan kedalaman sungai, tanah-tanah urugan dibuang kedalam sungai, selain itu pembangunan tanggul tidak mempertimbangkan getaran gerak air dan juga banyaknya pelanggaran wilayah penyangga sungai 2,5 meter dari muka titik tertinggi air sungai. Hal ini menyebabkan tanggul sungai menjadi tidak terlindungi dan rapuh.
Hal yang paling menyedihkan apabila kita melihat kenyataan yang ada, tembok-tembok tanggul tersebut sungguh sangat rapuh dan kopong. Kemungkinan hal ini disebabkan pada masa rekontruksi dahulu sudah banyak mengalami pengurangan bahan dengan tujuan meraup keuntungan sebesar-besarnya. Permasalahan banjir bukan hanya masalah siklus alam, tetapi juga masalah bagaimana kita menanganinya, semua permasalahan di negara ini dapat dipecahkan, bukan hanya dengan modal ilmu pengetahuan, SDM dan sumber daya modal, tetapi juga dengan modal itikad baik untuk kepentingan bersama, kepentingan rakyat banyak.
Rizky Afriono
Koordinator Nasional
Jaringan Info Bencana